Rabu, 14 Oktober 2009


UPACARA SURO "GUNUNG KAWI"

Tahun 2009 ini, merupakan acara yang ke 9 yang dirayakan tiap tahun menjelang tahun baru Islam di Gunung Kawi, oleh pemerintah Desa Wonosari - Kec. Wonosari - Kabupaten Malang.

Pada perayaan tahun lalu, sebagai pemenang lomba Jolen tingkat RW adalah RW 09 Dusun Sumbersari - Desa Wonosari - Kec.Wonosari Kabupaten Malang.


Maka Pada Tahun ini diberi kewenangan untuk membuat Patung Sangkala yang akan diarak menuju pelataran Makam Eyang Djoego dan Eyang RM. Eyang Soedjono di Gunung Kawi.
Masih seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk patung sangkala, baik bentuk, model, warna, dan desain-nya diserahkan sepenuhnya kepada RW setempat. Yang penting dapat menggambarkan Keangkaramurkaan di muka bumi ini, yang selanjutnya patung tersebut akan dibakar ramai-ramai oleh peserta Kirab Sesaji.
Sekedar diketahui, patung yang akan dibuat tahun ini, (ini rahasia lho..) berupa patung Rahwana / Dasamuka.
Tentunya akan di modifikasi oleh seniman-seniman dari Gunung Kawi, khususnya wilayah RW setempat.
Untuk itu, Ayo.... kita liput, kita tonton dan kita rayakan Acara Gebyar Ritual Suro Gunung Kawi tahun 2009 ini dengan penuh semangat. Sampai berjumpa .......

Rabu, 26 Agustus 2009

Cara Memasak Ubi Gunung Kawi - Ala Toha


A. Pemilihan Jenis Ubi :
Ubi Jalar atau disebut "Telo" Gunung Kawi ada beberapa jenis dan ukuran. Diantaranya : - Telo Mantang = berwarna Orange, - Telo Wungu = berwarna Ungu, - Telo Kuning = Berwarna Kuning, - Telo Putih = Berwarna Putih. Ukuran rata-rata Ubi Gunung Kawi sebesar gegaman tangan anak kecil. Jika Besarnya melebihi Kepalan orang dewasa pasti bukan Ubi dari Gunung Kawi Asli.
B. Perlakuan Sebelum Memasak Ubi :
Agar dapat menghasilkan rasa Ubi yang Empuk, Lengket, dan Manis, sebelum memasak ubi harus dalam keadaan kering / dikeringkan dengan sinar matahari secara langsung. Yang harus diperhatikan dalam masa pengeringan dipastikan tidak terkena air, terutama air hujan. Karena jika terkena air, pada saat ubi telah mengering pasti akan membusuk, yang dalam istilahnya disebut "Telo Bongkeng" / ketika dimasak rasanya pahit. Pengeringan dilakukan kurang lebih selama 7 sampai 10 hari. Ubi yang telah kering tandanya adalah : - Tangkai ubi mudah putus, - Getah ubi sudah tidak ada lagi, - Kulit luar ubi sedikit keriput tetapi jika dipencet tetap keras/ "atos".
C. Cara Memasak Ubi :
1. Cuci Ubi yang sudah kering dengan air dingin sampai bersih
2. Siapkan Panci Pengukus
3. Kukuslah Ubi diatas Panci Pengukus yang telah diberi air dingin secukupnya dengan api
sedang / api jangan terlalu besar-dan jangan terlalu kecil.
4. Tutuplah rapat-rapat bagian atas panci pengukus dengan daun pisang / "godong gedang"
5. Setelah air mendidih dan Ubi mulai lembek, percikkan / "sam-sam" dari bagian atas panci
pengukus dengan air dingin, dengan terlebih dahulu membuka penutup panci dan daun
pisangnya.
6. Lakukan sebanyak 3 sampai 4 kali percikkan selama kurun waktu 5 sampai 10 menit.
7. Setelah Ubi menjadi lembek / telah matang, jangan langsung diambil dari Panci pengukus
8. Biarkan Ubi tertutup rapat pada panci pengukus dan Daun Pisang selama kurang lebih 15
menit.
9. Ubi siap dihidangkan dalam keadaan Hangat.
10. Rasa Ubi pasti manis, Harum, dan empuk meskipun tanpa ditambah bahan-bahan lain.
11. Selamat Mencoba, semoga berhasil.



Senin, 17 Agustus 2009

Buat Mas Antoni Di Bandung

Salam Kenal.
Apa yang anda katakan menurut saya benar adanya. Bisa dikatakan itu merupakan rahasia yang bukan lagi menjadi rahasia alias rahasia Umum. Saya turut prihatin atas keadaan yang ada di Gunung Kawi. Dengan tulisan dari Mas Antoni melalui Blog ini semoga orang-orang yang terkait dan tergantung dengan keberadaan Pesarehan Gunung Kawi terbuka hati dan membelalak matanya agar dengan sadar dapat menyelamatkan Wisata Ritual yang ada. Sungguh suatu keajaiban yang ada sekarang ini. Betapa tidak ; dengan keberadaan suasana yang seperti saat ini, Pamor Mbah Eyang Sekalian tampaknya belum tergoyahkan. Apalagi jika masyarakat, pemerintahan desa, yayasan, dan dinas Pariwisata dapat bergandengan tangan untuk memajukan Wisata Gunung Kawi, Insya Allah akan menjadi tujuan Wisata Ritual yang lebih ramai, tenang dan yang pasti akan dapat mengangkat perekonomian masyarakat Gunung Kawi pada Khususnya dan masyarakat Kecamatan Wonosari pada Umumnya. Salut buat mas Antoni atas kritikan dan saran-sarannya. Trims.